Sabtu, 09 Maret 2013

|Renungan N Kisah Inspiratif |◆ |◆Siapa Yang Harus Aku Ta'ati◆|

Seorang gadis kecil baru saja pulang dari sekolah. Sesampainya dirumah, Sang Ibu melihatnya sedang bersedih. Dia pun bertanya kepada anakya tentang sebab kesedihannya. Gadis kecil itu pun menjawab: “Bu, tadi bu guru mengancamku akan dikeluarkan dari sekolah, karena pakaian panjang yang aku kenakan”. “Tetapi pakaian ini adalah pakaian yang dicintai Allah, anakku!”.

“Benar bu, tapi Ibu guru tidak suka”.

“Baik nak, meskipun bu guru tidak suka, tetapi Allah menyukainya”. Jadi, siapakah yang akan kamu ta’ati?

Akankah kamu taat kepada Alloh yang telah menciptakanmu, membentuk parasmu dan memberi nikmat kepadamu? Atau kamu akan taat kepada makhluk yang tidak bisa mendatangkan manfa’at kepadamu?”.

Allah lah yang aku taati, bu !

Bagus nak. Kamu benar !

Keesokan harinya, sang anak tetap berangkat ke sekolah dengan mengenakan pakaian panjang dan ketika sang guru melihatnya, dia pun menghardik dengan kasar. Gadis tersebut tidak kuasa menghadapi hardikan sang guru, apalagi seisi kelas memandang kearahnya. Dan tangisan pun meledak.

Sambil terisak, anak itu melontarkan kata-kata singkat namun memiliki makna yang besar : “Demi Allah, aku tidak tahu siapa yang harus aku taati, Anda atau Dia?”

“Dia siapa?” tanya sang guru.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Aku taati perintahmu, lalu aku mengenakan pakaian yang anda sukai dan bermaksiat kepada-Nya, ataukah aku akan mentaati-Nya dan mengabaikan perintah Anda?

“Aku akan tetap mentaati Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, walau harus mengalami segala kepahitan, jawab sang gadis.
Kata-kata itu keluar dari mulut mungil gadis tersebut. Kata-kata yang memperlihatkan loyalitas penuh kepada Allah ta’ala. Dengan tegas gadis kecil itu menyatakan komitmen dan ketaatannya kepada perintah-perintah Alloh Yang Maha Kuasa.

Apa guru tersebut membiarkannya?

Sang guru meminta agar ibu anak tersebut dipanggil ke sekolah, apa yang kira-kira dia inginkan?

Sang ibu pun datang.

“Anak anda telah menasehatiku dengan nasehat yang paling berharga yang pernah aku dengar selama hidupku”, kata guru kepada sang ibu.

Ya, guru tersebut telah menerima nasehat dari muridnya yang masih kecil. Guru yang telah belajar tarbiyah dan memiliki ilmu pengetahuan yang sangat luas. Seorang guru yang ilmunya tidak menghalangi untuk menerima nasehat dari seorang anak kecil yang seusia dengan anaknya.

Selamat, bagi guru tersebut. Selamat pula bagi anak kecil yang ditelah ditempa dengan tarbiyah islam dan menggenggamnya dengan kuat. Dan selamat bagi sang ibu yang telah berhasil menanamkan rasa cinta kepada Alloh ta’ala dan Rasululloh kepada sang anak.

Maka dari itu wahai para ibu muslimah

Kalianlah yang menggenggam anak-anak kalian. Mereka ibarat adonan yang bisa dibentuk sesuai dengan kehendak kalian. Maka, segeralah untuk membentuk mereka sesuai dengan bentuk yang diridhoi Allah dan Rasul-Nya.

Ajari mereka sholat

Ajari mereka untuk senantiasa taat kepada Alloh

Ajari mereka tentang keteguhan dan kebenaran

Ajarkan semua itu kepada mereka sebelum mereka memasuki usia dewasa

Jika mereka tidak sempat mendapatkan tarbiyah ketika kecil, niscaya kalian akan sangat menyesal karena kalian akan kehilangan anak kalian di masa dewasa mereka.

Gadis ini bukan hidup dimasa shahabat, maupun dimasa Tabi’in, tetapi gadis ini hidup di zaman yang penuh fitnah ini.

Kisah ini membuktikan bahwa sebenarnya kita mampu untuk mencetak generasi seperti gadis ini. Seorang gadis yang bertaqwa akan berani untuk menampakkan kebenaran serta tidak takut terhadap celaan orang yang mencela.

Saudari Mukminah, anakmu sekarang berada dihadapanmu, siramilah dia dengan air ketaqwaan dan keshalihan. Perbaikilah lingkungannya. Jauhkan ia dari berbagai virus dan obat-obat berbahaya.

Inilah tantangan yang berada dihadapanmu. Silahkan koreksi, apa yang telah kamu lakukan dengan amanah yang Alloh titipkan padamu.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda

“Barang siapa yang mencari keridhoan manusia dengan mengabaikan kemurkaan Alloh, niscaya Alloh akan melimpahkan urusannya kepada manusia. Dan barang siapa yang membuat manusia marah demi mencari keridhoan Alloh, niscaya Alloh akan mencukupkannya dari meminta bantuan manusia” (Al-Hadist).

[]|Kisah memilukan |Keteguhan Seorang Ibu |[]

Di suatu sore di sebuah kompleks perumahan bergerombol para ibu yang sedang mengobrol sesama mereka. Di antara mereka terdapat seorang ibu muda yang turut dalam keasyikan tersebut sambil mengasuh anaknya yang berusia sekitar tiga tahunan. Sebagaimana lazimnya seorang anak kecil yang senang bermain, anak kecil lucu itu pun juga tidak kalah gembiranya, ia berlarian kesana ke mari sambil tertawa-tawa lucu.
Namun tak disangka, beberapa saat kemudian sebuah musibah mengerikan terjadi.

Tanpa disadari oleh para ibu tersebut, sang anak kecil berlari keluar teras dan menyeberangi jalan besar yang ada di depan rumah. Dan kuasa ALLAH atas segalanya membuat waktu antara anak kecil itu menyeberang tepat bersamaan dengan sebuah truk bermuatan pasir yang melaju kencang. Bencana yang mengerikan itupun terjadi. Tubuh sang anak kecil pun terpental, kepalanya pecah dan isi otaknya berhamburan membasahi badan jalan.

Bisa dibayangkan betapa paniknya kondisi yang terjadi saat itu. Para ibu yang semula asyik bercengkrama hampir semua berteriak histeris, bahkan beberapa di antara mereka ada yang pingsan. Hanya seorang dari mereka yang kelihatan tetap tenang menghadapi keadaan tersebut, yaitu ibu sang anak itu sendiri!!!
"Jangan, jangan sentuh anakku...biar aku urus sendiri."Teriaknya ketika beberapa orang ingin membantu meminggirkan anak yang sudah tewas tersebut.

Dengan perlahan ia menggendong jasad anak yang berlumuran darah itu, lalu membawanya ke rumahnya yang tak jauh dari tempat kejadian. Ia kemudian memandikan dan mengkafani sendiri anaknya di rumah. kebetulan ia bekerja sebagai seorang bidan di sebuah rumah sakit. Ibu mertuanya yang ingin menghiburnya malah dihiburnya, karena justru ibu mertua yang tidak bisa menahan isak tangis dan teriakan histeris. Ketika sang suami dengan muka pucat dan panik datang, dengan tenang ia menjelaskan "Mas, ALLAH telah mengambil amanatnya dari kita. Semoga kita diberi kesabaran ya, Mas." dan suaminya pun tak kuasa menahan tangis.

Dan akhirnya sebelum sang anak di bawa ke tempat peristirahatan terakhir, di depan jenazah anaknya ia berbisik "Ya ALLAH, berikanlah kami yang ditinggalkan kekuatan dan ketabahan. Sudah kulakukan yang seharusnya kulakukan, dan tidak kulakukan apa yang tidak seharusnya aku lakukan.

Kewajibanku sudah kupenuhi, kini ijinkan aku meminta hakku, untuk bersedih dan menangis." Setelah itu...ia memejamkan mata dan terpekur lama......dan barulah air matanya mengalir deras, lalu ia pun terjatuh pingsan.
===================

Kenapa mereka tidak menyayangi nyawa sendiri ? Kalau tak takut mati, kenapa harus takut menghadapi masalah lain ? Hidup cuma sekali. Kita lahir tanpa apa-apa kenapa hanya karena kehilangan beberapa hal sampai rela mengorbankan nyawa, hal yang paling penting dalam hidup manusia ? Dalam kehidupan tentu ada rasa manis, asam pahit dan pedas. Justru dalam kepahitan, kita baru tahu kemampuan kita yang sesungguhnya.

♥ ANUGERAH ALLAH YANG TERINDAH, Oh..IBUNDA ♥

Ringkih dan renta karena ditelan usia, namun tampak tegar dan bahagia. Ikhlas, memancarkan selaksa cinta penuh makna yang membias dari guratan keriput di wajah. Tiada yang berubah sejak saat dalam buaian, hingga sekarang mahkota putih tampak anggun menghiasinya. Dekapannya pun tak berubah, luruh memberikan kenyamanan dan kehangatan...

Jemari itu memang tak lagi lentik, namun selalu fasih menyulam kata pinta, membaluri sekujur tubuh dengan do'a-do'a. Kaki tampak payah, tak mampu menopang tubuhnya. Telapak tempat surga itu pun penuh bekas, simbol perjuangan menapak sulitnya kehidupan.

Ibunda...

Adakah saat ini kita terenyuh mengenangkannya..? Ia adalah sebuah anugerah terindah yang dimiliki setiap manusia. Sejak dalam rahim, betapa cinta itu tak putus-putusnya mengalirkan kasih yang tak bertepi.Hingga kerelaan, keikhlasan dan kesabaran selama 9 bulan pun bagai menuai pahala seorang prajurit yang sedang berpuasa, namun tetap berperang di jalan ALLAH Subhanahu wa Ta'ala.

Polesannya adalah warna dasar pada diri kita. Menggores sebuah kanvas putih nan suci .. goresan yang diselimuti untaian ayat suci Al Qur'an, zikir, tasbih serta tahmid, yang akan melahirkan syakhsiyah Islamiyah (kepribadian Islam) pada jiwa ... Ibunda pun berharap tercipta jundullah (tentara ALLAH) dari sebuah madrasah keluarga.

Polesan warna seorang ibunda, Al Khansa, melahirkan putra-putra kebanggaan Islam yang berani dan luhur akhlaqnya, hingga satu persatu syahid pada perang Qodisyiah. Di sela kesedihannya, ibunda masih berucap, "Alhamdulillah... ALLAH telah mengutamakan dan memberikan karunia padaku dengan kematian anak-anakku sebagai pencinta ALLAH... Aku berharap semoga ALLAH mengumpulkan aku dengan mereka dalam rahmat-Nya kelak."

Banyak... sungguh teramat banyak cinta ibunda yang melahirkan kisah-kisah teladan. Yatim seorang anak pun tidaklah menghalangi ibunda untuk merangkai sejarah dengan tinta emas, terbukti dengan mekar harumnya para mujtahid Imam Abu Hanifah, Imam Syafi'i, Imam Ahmad bin Hambal serta Imam Bukhari. Didikan ibunda mereka telah mampu mendidiknya hingga menjadi anak-anak yang gemar menuntut ilmu tanpa kenal lelah, bahkan mandiri dalam segala suasana ..

Kita mungkin dilahirkan dari rahim seorang perempuan biasa. Bahkan kita pun tidak dilahirkan untuk menjadi seorang pahlawan. Namun, ibunda kita dan mereka adalah sama, sebuah anugerah terindah dari ALLAH Subhanahu wa Ta'ala.

Duhai jiwa, sekiranya engkau sadar bahwa tanpa do'a ibunda, niscaya semua masih angan-angan belaka.

Duhai ibunda...
Maafkan jika kami belum mampu mecurahkan kasih sayang terbaik , sepenuh kasih kasih sayang ibunda ...

Sungguh, jiwa dan jasad ini ingin terbang ke angkasa lalu luruh di pangkuan, mendekap tubuh sepuh, serta menangis di pangkuanmu. Hingga terhapuskan kerinduan dalam riak anak-anak sungai di ujung mata. Rengkuhlah ananda dengan belai kasih sayangmu bagai masa kecil dulu. Mengenangkan indahnya setiap detik dalam rahimmu dan hangatnya dekapanmu. Buailah dengan do'a-do'a hingga ananda pun lelap tertidur di sampingmu.

Duhai ibunda...
Keindahan dunia tak akan tergantikan dengan keindahan dirimu. Sorak-sorai pesona dunia pun tak dapat menggantikan gemuruh haru detak jantung saat engkau memelukku. Indah... semua begitu indah dalam alunan cintamu, menelisik lembut, membasahi lorong hati dan jiwa yang rindu kasih sayangmu.

Duhai ibunda...
Bukakanlah pintu ridhomu, hingga ALLAH pun meridhoi kami , putera-puterimu ..

Duhai Rabb, Kekasih hati ..
Sayangilah ayahanda dan ibunda kami di dunia & di akhirat ..
Kami titipkan mereka tercinta selalu ..
dalam keimanan terbaik.., kasih sayang dan pemeliharaan Mu ...

~Aamiin Yaa Robbal Alamin ~

Kisah Nyata yang Mengharukan : Wanita itu Ibuku

Ini adalah sebuah kisah lama yang patut dibaca dan direnungkan berkali- kali betapa baiknya ibunda kita, bagaimana besarnya pengorbanan ibunda kita dan seterusnya.

Kejadian ini terjadi di sebuah kota kecil di Taiwan, tahun pastinya sudah lupa. Dan sempat dipublikasikan lewat media cetak dan elektronik. Ada seorang pemuda bernama A be (bukan nama sebenarnya). Seorang anak yang cerdas, rajin dan cukup cool. Setidaknya itu pendapat kaum hawa yang mengenal dia. Baru beberapa tahun lulus dari kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan swasta, dia sudah dipromosikan ke posisi manager. Gajinya pun lumayan.Tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari kantor.

Tipe orangnya yang humoris dan gaya hidupnya yang sederhana membuat banyak teman-teman kantor senang bergaul dengan dia, terutama dari kalangan perempuan single. Bahkan putri owner perusahaan tempat ia bekerja juga menaruh perhatian khusus pada A be.

Di rumahnya ada seorang wanita tua yang tampangnya seram sekali. Sebagian kepalanya botak dan kulit kepala terlihat seperti borok yang baru mengering. Rambutnya hanya tinggal sedikit di bagian kiri dan belakang. Tergerai seadanya sebatas pundak. Mukanya juga cacat seperti luka bakar. Wanita tua ini terlihat seperti monster yang menakutkan. Ia jarang keluar rumah bahkan jarang keluar dari kamarnya kalau tidak ada keperluan penting.

Wanita tua ini tidak lain adalah Ibu kandung A Be. Walau demikian, sang Ibu selalu setia melakukan pekerjaan routine layaknya ibu rumah tangga lain yang sehat, seperti membereskan rumah, pekerjaan dapur, cuci-mencuci (pakai mesin cuci) dan lain-lain. Bahkan wanita tersebut juga selalu memberikan perhatian yang besar kepada anak satu-satunya A be. Namun A be adalah seorang pemuda normal layaknya anak muda lain. Kondisi Ibunya yang cacat menyeramkan itu membuatnya cukup sulit untuk mengakuinya.

Setiap kali ada teman atau kolega business yang bertanya siapa wanita cacat dirumahnya, A be selalu menjawab wanita itu adalah pembantu yang ikut Ibunya dulu sebelum meninggal. “Dia tidak punya saudara, jadi saya tampung, kasihan.” jawab A be. Hal ini sempat terdengar dan diketahui oleh sang Ibu. Tentu saja ibunya sedih sekali. Tetapi ia tetap diam dan menelan ludah pahit dalam hidupnya. Ia semakin jarang keluar dari kamarnya, takut anaknya sulit untuk menjelaskan pertanyaan mengenai dirinya.

Hari demi hari kemurungan sang Ibu kian parah. Suatu hari ia jatuh sakit cukup parah. Tidak kuat bangun dari ranjang. A be mulai kerepotan mengurusi rumah, menyapu, mengepel, cuci pakaian, menyiapkan segala keperluan sehari-hari yang biasanya di kerjakan oleh Ibunya. Ditambah harus menyiapkan obat-obatan buat sang Ibu sebelum dan setelah pulang kerja (di Taiwan sulit sekali cari pembantu, kalaupun ada mahal sekali). Hal ini membuat A be menjadi uring-uringan di rumah.

Pada saat ia mencari sesuatu dan mengacak-acak lemari ibunya, A be melihat sebuah box kecil. Di dalam box hanya ada sebuah foto dan potongan koran usang. Bukan berisi perhiasan seperti dugaan A be. Foto berukuran postcard itu tampak seorang wanita cantik. Potongan koran usang memberitakan tentang seorang wanita berjiwa pahlawan yang telah menyelamatkan anaknya dari musibah kebakaran. Dengan memeluk erat anaknya dalam dekapan, menutup dirinya dengan sprei kasur basah menerobos api yang sudah mengepung rumah.

Sang wanita menderita luka bakar cukup serius sedang anak dalam dekapannya tidak terluka sedikitpun. Walau sudah usang, A be cukup dewasa untuk mengetahui siapa wanita cantik di dalam foto dan siapa wanita pahlawan yang dimaksud dalam potongan koran itu. Dia adalah Ibu kandung A be. Wanita yang sekarang terbaring sakit tak berdaya.
Spontan air mata A be menetes keluar tanpa bisa dibendung. Dengan menggenggam foto dan koran usang tersebut, A be langsung bersujud disamping ranjang sang Ibu yang terbaring. Sambil menahan tangis ia meminta maaf dan memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini. Sang ibupun ikut menangis, terharu dengan ketulusan hati anaknya. “Yang sudah-sudah nak, Ibu sudah maafkan. Jangan di ungkit lagi”. Setelah sembuh, A be bahkan berani membawa Ibunya belanja ke supermarket. Walau menjadi pusat perhatian banyak orang, A be tetap tidak perduli.

Biar bagaimanapun ibu kita tetaplah ibu kita….sampai ajal menjemput tak ada kata mantan ibu maupun mantan anak…

~✿ ~✿ SEMPURNANYA HATI SEORANG IBU ~✿ ~✿

Saat wanita menangis tanpa mengeluarkan air mata itu tandanya hatinya sedang menangis. Itulah yang sering aku lihat dalam raut wajah cantik ibu.

Ibu wanita paling hebat, paling kuat dan paling mulia, semua kebaikan ada pada dirinya. Aku tidak habis pikir ketika aku melihat di zaman sekarang banyak sekali kaum ibu yang terluka karena perbuatan anaknya sendiri, dimana sang anak lebih berkuasa akan hidup ibunya padahal makan saja masih numpang, ingin beli ini beli itu masih minta, kalau ada apa-apa sebentar-sebentar manggil “ibu tolong dong!!”
Kurang baik apa coba? ketika ibu sakit dia tidak pernah mengeluh, ketika dia terluka masih tetap bisa tersenyum dan bahkan saat anaknya menindasnyapun dia tetap bisa menerima dan memaafkannya.

Terkadang kita sebagai anak suka lalai akan hal itu, ketika apa yang kita inginkan tidak bisa dipenuhi oleh ibu pasti langsung marah dan menuduh ibu tidak sayang pada kita, berhari-hari ibu kita diami tanpa mengajaknya berbicara dan bahkan terkadang kita mengacuhkan kehadirannya.
Tapi ibu.. dia tetap membalasnya dengan senyuman, kasih sayang, dan kebaikan.

Oh ibu tidak ada seorangpun yang mampu menandingi kemuliaan hatimu, maafkanlah anakmu yang selalu membuatmu bersedih,kecewa dan terluka tapi andai engkau tahu hanya dirimulah yang selalu ada dilubuk hatiku hanya engkau tempatku bersandar, tidak pernah bisa aku bayangkan hidupku tanpa hadirmu tanpa bimbingan darimu dan tanpa kasih sayang darimu…

Ibu didunia ini selalu ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya walau dia dalam keadaan susah sekalipun yang ada dipikirannya adalah bagaimana caranya agar anak-anaknya bisa mendapatkan kehidupan yang layak dan bahagia.

SELAMA 21 TAHUN ANAK INI PIKUL IBUNYA YANG LUMPUH

Saya sanggup jadi tongkat kepada Ibu sepanjang hidup saya. Sebuah cerita menyayatkan hati yang wajib kita baca. Pengorbanan seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya dalam menjalani hidup tampa mengeluh dan ikhlas dalam menjalani dan boleh di jadikan contoh tauladan buat kita semua.

Kisah seorang anak perempuan dari Changchun, China, di negera yang sangatlah sejuk. Li Yuanyuan memikul sang ibu yang lumpuh kedua-dua kakinya sambil menggendong anaknya yang berusia dua tahun ke rumah sakit kerana ibunya terkena serangan jantung lagi. Orang-orang yang berlalu lalang di jalan memandang mereka bertiga dengan mata terbeliak, semua takjub melihat seorang wanita yang kelihatannya kurus lemah tetapi memiliki tenaga untuk memikul satu orang sambil menggendong satu orang lagi.
Menurut laporan City Evening Post pada 13 Februari 2008 lalu, Li Yuanyuan telah memakaikan baju kepada kanak-kanak dan ibunya yang baru sembuh dari sakit. Pada jam 10 pagi, Yuanyuan mencangkung di depan ibunya dan meletakkan kedua kaki ibu di pinggangnya lalu memanggul ibunya, kemudian menggendong pula anaknya yang berdiri di atas tempat tidur.

Kedua tangan Yuanyuan dipakai untuk menyokong kedua kaki ibunya, sedangkan ibunya hanya membantu merangkul cucunya mengelilingi leher Yuanyuan. Dengan cara inilah tiga orang tersebut saling berangkulan dengan susah payah keluar dari rumah sakit. Sang ibu telah lumpuh selama 21 tahun, selama 21 tahun itu pulalah Yuanyuan terbiasa memikul sang ibu keluar masuk rumah sakit.

Ketika Yuanyuan berusia 7 tahun terjadilah sebuah kemalangan lalu lintas yang benar-benar telah mengubah kehidupannya. Kerana kemalangan ini ibundanya mengalami kelumpuhan pada kedua-dua kaki yang disemarakkan pula dengan kehilangan ayahnya.
Sejak saat itu, Yuanyuan menjadi tulang belakang rumah tangga. Kerana tidak ada pendapatan Yuanyuan menyara keluarga dengan menjadi pengutip sisa-sisa sampah. Dan duit hasil kerja kerasnya itu habis digunakan untuk menguruskan ibunya.

Rasa bakti Yuanyuan kepada orang tua sangat menyentuh hati para tetangga, banyak tetangga yang dengan sukarela memberi bantuan kepada ibu dan anak perempuannya ini. Kerana sepanjang tahun hanya mampu berebah otot kaki untuk ibunya. Walaupun sering kejang dan sakitnya kadang-kadang sangat tak tertahankan.
Ada seorang pakcik yang bekerja sebagai seorang doktor tradisional tua, setiap hari membantunya memberikan terapi akupuntur terhadap ibu Yuanyuan, malah doktor itu juga mengajarnya menggunakan teknik akupuntur sederhana.

Sejak berusia 11 tahun sampai sekarang, Yuanyuan sudah boleh menggunakan teknik akupuntur untuk meringankan rasa sakit ibunya.

Tiga tahun yang lalu, Yuanyuan berkahwin, setahun kemudian, Yuanyuan melahirkan seorang puteri. Namun di mana pun dan bila-bila masa, Yuanyuan tidak pernah meninggalkan ibunya, dia dan suaminya bersama-sama memikul tanggung jawab mengurus ibunya.

Walaupun rumah tangganya tidak kaya, mereka sangatlah puas. Ibunya berkata, terkenang masa 21 tahun ini meskipun penuh penderitaan, namun dia sangat puas, dia merasa dirinya sama dengan orang tua lain yang juga telah menikmati kehangatan dan kebahagian dalam keluarga.

Bagi Yuanyuan, selama 21 tahun ini, dia merasa dirinya sangat bahagia, kerana dia adalah seorang anak yang masih mempunyai seorang ibu. Saya rasa sangat bahagia “kerana itulah saya sanggup menjadi tongkat kepada ibu saya sepanjang hidup saya”.

KISAH KASIH SEORANG ANAK TERHADAP IBU NYA

Dia adalah seorang anak susah yang terlahir dalam keluarga miskin, ayahnya wafat pada saat usianya tiga tahun, ibunya mencari nafkah dengan mencuci pakaian orang. Maka dia sadar kalau dirinya harus bekerja keras.

Pada usia 18 tahun, dia berhasil masuk perguruan tinggi dengan nilai yang tinggi. Demi mencukupi biaya sekolahnya, ibunya pernah menjual darah, namun dia berpura-pura tidak tahu, sebab takut melukai hati ibunya.

Dia sendiri pernah menjual darah secara sembunyi-sembunyi tanpa diketahui ibunya, mengangkut batu sampai tangannya berdarah, juga menjual koran, demi sedikit meringankan beban ibunya.

Pada masa liburan musim dingin tahun kedua, dia pulang ke rumah dan melihat ibunya sedang mencuci pakaian orang dalam cuaca sangat dingin, kedua tangan ibunya sampai pecah-pecah karena kedinginan. Ibunya berkata: “Pekerjaan lain sulit ditemukan, jadi hanya bisa mencuci pakaian, sehelai pakaian upahnya satu dolar, semua ini adalah pakaian orang kaya, mereka takut pakaiannya rusak kalau mempergunakan mesin cuci.”

Hari itu, ibunya menerima upah kerjanya dan berkata dengan gembira: “Anakku, ibu mendapatkan upah 200 dolar.”

Sambil berkata ibunya merogoh kocek, siapa tahu di dalam koceknya hanya tersisa selembar uang kertas pecahan 100 dolar saja.

Seketika ibunya menjadi panik: “Ibu kehilangan 100 dolar.”

Tanpa berkata banyak, ibunya dengan tergesa-gesa ke luar rumah. Di luar rumah sungguh gelap, angin juga kencang dan turun salju, ibu menelusuri jalan pulang tadi untuk mencari uangnya. Dapat dilihat kalau 100 dolar itu adalah sangat penting baginya.

Itu adalah biaya hidup ibunya selama sebulan, itu adalah uang makannya selama sebulan.

Ibunya sudah ke luar rumah, dia juga mengikuti ibunya ke luar rumah. Di luar sangat gelap, ibunya mempergunakan lampu senter untuk mencari uangnya. Tanpa terasa air matanya mengalir turun.

Benar! Itu adalah upah ibunya mencuci 100 helai pakaian. Dia mencari di halaman rumah, juga mencari di jalan, tetapi tetap saja tidak ditemukan. Jika pun ada, mungkin sudah pun dari tadi dipungut orang lain.

Ibunya bolak balik tiga kali untuk mencari uangnya. Dia berkata kepada ibunya dengan hati pilu: “Ibu, tidak usah cari lagi, nanti sesudah hari terang baru kita cari lagi.”

Namun ibunya tetap bersikeras ingin mencari, cahaya dari lampu senter di kegelapan malam seakan menikam lubuk hatinya dan membuat rasa sakit tiada terhingga.

Dia lalu mengambil 100 dolar dari uang biaya hidup yang diberikan ibunya dan meletakkannya di halaman rumah. Dia beranggapan kalau ini adalah jalan terbaik untuk membebaskan ibunya dari kegalauan.

Ternyata dia mendengar ibunya berkata dengan senang: “Anakku, uang sudah ditemukan.”

Dia berlari ke luar dan ikut bergembira bersama ibunya. Dengan gembira ibu dan anak kembali ke dalam rumah. Ibunya berkata: “Anggap saja tidak ditemukan. Mari, ini untukmu! Kamu harus makan yang lebih baik, lihat! Kamu terlalu kurus.”

Beberapa tahun kemudian, dia tamat kuliah dan mendapatkan pekerjaan yang baik. Dia lalu menjemput ibunya untuk tinggal bersama di kota, sejak itu ibunya tidak perlu lagi mencuci pakaian orang.

Uang kertas pecahan seratus dolar itu, dia tidak pernah merasa rela untuk mempergunakan dan terus disimpannya. Itu adalah uang kertas pecahan seratus dolar yang dicari ibunya semalaman, melambangkan kehangatan dan perasaan penuh kemantapan.

Setelah beberapa tahun kemudian, dia mengungkit hal ini dalam suatu kesempatan, sambil tersenyum berkata kepada ibunya: “Ibu, saya yang menaruh uang kertas pecahan seratus dolar itu di sana.” Namun yang mengejutkannya adalah jawaban ibunya: “Ibu tahu”.

Dengan heran dia bertanya: “Bagaimana ibu bisa tahu?” Ibunya menjawab: “Uang yang ibu dapatkan selalu diberi tanda, ada tulisan 1, 2, 3 di atasnya, sedangkan uang kertas itu tidak ada tanda, apalagi ditemukan di halaman rumah. Ibu tahu kalau itu adalah uang yang kamu taruh karena takut ibu galau. Dalam hati ibu berpikir, karena anak ibu demikian sayang pada ibu, maka ibu tidak boleh mencari lagi, jikalau sudah hilang dan tidak akan ditemukan lagi, kenapa tidak membuat anak ibu tenang hati saja?”

Dia lalu maju memeluk ibunya dengan mata berkaca-kaca.

【】Sungguh ibu dan anak yang bertautan hati, mereka selalu meninggalkan cinta kasih terhangat kepada pihak lain. Benar sekali, walau pun miskin, namun dengan adanya cinta kasih, maka mereka merupakan orang paling kaya di dunia ini.

【】Pencarian sehelai uang kertas pecahan seratus dolar ini melambangkan dalamnya kasih sayang antara ibu dan anak.